KEJELIAN MASRIL KOTO MELIHAT PELUANG DI BIDANG PERTANIAN
Masril Koto adalah pendobrak kebekuan fungsi intermediasi
industri perbankan di bidang pertanian dengan mendirikan sebuah Bank Petani dalam bentuk Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis
(LKMA) Prima Tani di Nagari Koto Tinggi, Baso, Agam, Sumatera Barat.
Lembaga Keuangan Miro Agrobisnis (LKMA) Prima Tani ini
didirikan setelah Masril dan kawan-kawan petaninya mendapatkan pelatihan
keuangan dalam bentuk akutansi sederhana dari Yayasan Alumni Fakultas Pertanian
Universitas Andalas (AFTA), Padang.
Alasan Masril Koto mendirikan bank petani karena beliau merasa kecewa terhadap bank-bank BUMN dalam
menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Karena dengan segala keterbatasannya,
para petani merasa tidak cukup mampu mencukupi berbagai persyaratan yang diajukan
dari bank dan kegelisahan petani dalam mencari pinjaman modal.
Bank petani ini dibangun berdasarkan azas kekeluargaan dan sumber
dana dari bank petani yaitu saham, tabungan dan pinjaman dana.
Sistem yang
digunakan dalam bank petani ini adalah dengan menerbitkan saham dengan harga
Rp. 100.000,- /saham untuk modal pendirian lembaga keuangan tersebut yang bisa
dibeli oleh petani.
Awal berdirinya Bank Petani, Para anggota yang
telah bergabung langsung bergerak cepat untuk melakukan sosialisasi saham yang
dilakukan dalam rapat kelompok tani, masjid, sampai lampo (warung kopi) yang
memang banyak bertebaran di wilayah Agam dengan tujuan agar para petani mau
melakukan Investasi saham. Namun, banyak para petani tidak menanggapi karena menurut
mereka ”Bagaimana selembar kertas yang harganya seratus ribu rupiah dapat
memberikan manfaat bagi petani”. Namun setelah dilakukan sosialisasi, mulai
satu persatu petani mau melakukan investasi saham hingga mengalami perkembangan
yang pesat.
Kemudian setelah Investasi saham mengalami kesuksesan, bank petani
pun mengeluarkan produk yang beragam dalam bentuk tabungan. Namun produk
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat
setempat seperti tabungan ibu hamil, pendidikan, sosial dan lainnya.
Setelah
Setahun berdiri bank tersebut, banyak petani mulai merasakan manfaat dari bank
petani tersebut yaitu kemudahan dalam mengakses modal sehingga petani yang
membutuhkan dana bisa langsung meminjam. Termasuk untuk kebutuhan lain seperti
biaya sekolah anak, biaya pernikahan, hingga membeli kendaraan.
Manfaat lain
dari bank petani adalah mengatasi pengangguran anak-anak petani lulusan SMA
sehingga mereka yang telah lulus direkrut menjadi karyawan LKMA. Rata-rata tiap
LKMA memiliki lima karyawan. Dengan lebih dari 200 LKMA di Sumbar, cukup
lumayan tenaga kerja yang tertampung. Banyak juga karyawan yang bisa
melanjutkan kuliah dengan meminjam uang dari LKMA dan membayar cicilan pinjaman
dari gaji mereka.
Kini, ada sekitar 900 LKM yang
telah dibentuk Masril dengan aset mulai dari Rp 300 juta hingga Rp 4 miliar per
LKM dengan total keseluruhan LKM mencapai Rp 90 miliar dengan 1.500 tenaga
kerja yang merupakan anak petani.
Bank petani juga menerapkan cara yang unik untuk mengantisipasi
risiko kredit macet yaitu penerapan sanksi sosial terhadap petani yang tidak
membayar peminjamannya dengan cara mengumumkan nama-nama debitur atau nama satu
keluarga debitur tersebut pada masjid atau mushalla. Cara itu
sangat efektif karena bagi masyarakat di wilayah Sumatera Barat (Sumbar) bahwa utang
adalah harga diri.
Masril
bertahan memajukan petani sebab ia tidak ingin mereka terus-menerus
dieksploitasi, terutama saat menjelang pemilihan umum. Kini, beliau sedang menyiapkan
pembentukan lembaga bernama Lumbung Pangan Rakyat. Targetnya adalah menggantikan
peranan Bulog yang tidak bertugas menurut fungsi yang diamanatkan.
Demikian
artikel yang saya tulis, semoga artikel ini dapat menjadi inspirasi bagi kita
semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar